Prolog
Keberadaan covid 19 yang mengharuskan anak-anak belajar di rumah ini menjadikan peran pendidikan sepenuhnya ada di dalam keluarga. Maka dengan adanya fenomena ini orang tua merasakan bagaimana menjadi guru seharian di rumah, pada saat mendampingi anaknya belajar secara daring. Sebelumnya tugas tersebut dilaksanakan oleh guru di sekolah.
Keberadaan anak di rumah untuk belajar dengan seabrek tuntutannya mau tak mau membuat orang tua keberatan. Belum lagi di belakang itu semua ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan untuk kuota internet. Tapi dengan alasan demi pemutusan matai rantai penyebaran covid 19, orang tua tidak bisa menolak. Apalagi keselamatan anak menjadi taruhannya.
Tugas sekolah yang banyak, belum lagi harus beli kuota, membuat orang tua menjadi tambah stress. Tapi itu belum seberapa, bagaimana dengan orang tua atau anak yang tidak sama sekali memiliki akses internet. Dengan kondisi seperti itu pembelajaran daring tidak dapat dilaksanakan. Maka akan sepenuhnya orang tua yang membelajarkan anak di rumah.
Pendidikan dalam Keluarga
Adalah Ki Hajar Dewantara yang menyampaikan konsep Tri Pusat Pendidikan dan di dalamnya ada keluarga. Tri pusat pendidikan ini jika disederhanakan adalah sinergitas tiga komponen pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peran ketiga pusat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.
Keluarga, dalam hal ini ayah dan ibu, memegang peranan penting dalam kegiatan pendidikan. Karena orang tua adalah pendidikan pertama dalam rentang waktu kehidupan seorang manusia. Dari keluarga inilah dipersiapkan pembiasaan dan pembakakan awal anak untuk melanjutkan ke babak-babak berikutnya dalam kehidupan yang lebih luas.
Orang tua diharapkan memenuhi segala kebutuhan anak, baik kebutuhan biologis, psikologis, perawatan, dan pendidikannya. Karena melalui pendidikan di dalam keluarga anak akan mengalami tranmisi budaya di mana dia tinggal. Anak akan menerima pengetahuan tentang bagaimana dia hidup, berinteraksi dengan sesama, dan juga bagaimana menyelesaikan persoalan dalam kehidupan.
Artinya bahwa orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal bagi anak. Orang tuapun harus sejak dini sudah mengajarkan perbuatan yang baik, memberikan keteladanan baik dalam keseharian atau saat-saat tertentu. Selain itu orang tua akan menyeleksi juga bagaimana perilaku anak yang dapat diterima di tengah-tengah masyarakat.
Intinya bahwa kelurga memiliki fungsi memberikan warisan nilai yang berkaitan dengan kepribadian anak. Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam keluarga akan tercermin dari sikap, perilaku dan kepribadian anak dalam kehidupan sehari-hari yang ditampilkan.
Masa belajar di rumah ini merupakan momentum bagi orang tua untuk mendefinisikan ulang pendidikan di dalam keluarganya. Karena bisa jadi sistem pendidikan yang telah diterapkan di dalam keluarga selama ini, tidak berbanding lurus dengan pengembangan karakter baik anak. Keberadaan anak di rumah dengan segenap perilaku yang ditampilkannya baik dalam belajar atau dalam bersikap bisa menjadi bahan evaluasi pendidikan yang dilaksanakan orang tua. Syaratnya adalah orang tua mau rendah hati mengoreksi dirinya berdasarkan perilaku atau sikap anak yang tampil selama belajar di rumah.
Jika perilaku anak yang kurang sesuai yang banyak ditampilkan anak, maka jangan terburu-buru menghakimi anak. Tetapi koreksi terlebih dahulu, apakah keteladanan sudah diajarkan di dalam keluarga. Semakin baik atmosfer pendidikan dalam keluarga, maka outputnya pun akan semakin membahagiakan.
Epilog
Masa belajar di rumah tentu saja akan sangat berat dilaksanakan karena perlu adanya kebaruan dalam pelaksanaannya. Peran orang tua dalam pendidikan keluarga sedang diuji. Maka ini menjadi momentum bagi orang tua untuk terus belajar juga dan terus memahami bagaimana menerapkan pendidikan keluarga yang pas untuk masa sekarang ini.