Ketua HIMAPRODI PBSI Unismuh MAkassar.

“Mahasiswa adalah seorang pembelajar.” Mungkin demikianlah arti dari kata mahasiswa terlepas dari gelar sebagai agent of change, social control dan iron stock.

Pada dasarnya mahasiswa adalah seorang pelajar yang menempuh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai seorang pelajar di perguruan tinggi, tentu ada banyak hal yang dapat dilakukan selain mengikuti proses perkuliahan, salah satunya dengan mengikuti kegiatan kampus atau berorganisasi. Mahasiswa dan organisasi merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Organisasi pada dasarnya memiliki fungsi sebagai tempat untuk menempa diri, juga sebagai tempat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Ada yang menganggap bahwasanya dengan mengikuti kegiatan organisasi hanya akan menghambat nilai akademik. Namun tidak sedikit juga yang menganggap bahwa dengan mengikuti organisasi akan memberi banyak manfaat bagi dirinya, salah satunya dengan menjadi mahasiswa yang eksis dan terkenal seantero kampus.

Ada beberapa tipologi mahasiswa menurut Maman S. Mahayana, yaitu : pertama, mahasiswa underdog; mahasiswa yang umumnya datang dari pedesaan, merasa tidak ada yang dibanggakan, berusaha menjadi mahasiswa yang baik, motivasinya tinggi untuk kuliah. Kedua, mahasiswa salon; mahasiswa yang datang dari kota dan keluarga berada, kuliah sekedar agar tidak menganggur, bersiap melanjutkan usaha orang tua, kampus sebagai tempat pamer kendaraan dan penampilan, tujuan status mahasiswa bukan ilmu. Ketiga; mahasiswa anak mami; mahasiswa yang berasal dari keluarga menengah atas, sungguh-sungguh kuliah tapi tidak peduli kegiatan non-akademis, kerjanya hanya tidur dikost, ke kampus, dan pulang kampung. Tujuannya untuk segera menyelesaikan kuliahnya dengan baik agar memperoleh pekerjaan. Keempat, mahasiswa jalan pintas; mahasiswa yang motivasinya hanya memperolah gelar ijazah meskipun harus membayar nilai, melakukan plagiat skripsi atau membayar orang untuk di buatkan skripsi, menghalalkan cara untuk mendapatkan nilai baik, seperti menyontek, copy-paste tugas kuliah, dan lain-lain. Kelima, mahasiswa pekerja; mahasiswa dari keluarga pas-pasan atau karyawan yang ingin merubah nasib, biasanya sungguh-sungguh mengikuti kuliah, sering juga mengikuti kegiatan mahasiswa. Keenam mahasiswa unggulan; mahasiswa yang berasal dari keluarga terpelajar, secara ekonomi dan intelektual bagus, sering memanfaatkan masa kuliah untuk menempa diri di organisasi atau kegiatan ilmiah lainnya.

Baca Juga :  PENTINGNYA MEMBELAJARKAN LITERASI MEMBACA PADA PESERTA DIDIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Sebagai seorang mahasiswa, berprestasi di bidang akademik sudah menjadi sebuah kewajiban. Tapi sebagai mahasiswa , alangkah baiknya juga mahasiswa menyeimbangkan kehidupannya sehari-hari dengan mengikuti berbagai kegiatan di bidang non akademik, salah satunya dengan aktif di organisasi kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa (HIMA), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau bergabung dalam kepanitiaan sebuah kegiatan di kampus.

Harapan seorang pelajar pada umumnya adalah bisa kuliah dan mencapai prestasi akademik yang memuaskan, juga mendapatkan pengalaman lebih dan menempa keterampilan yang dimilikinya untuk kebutuhan dimasa mendatang dengan berorganisasi. Akan tetapi tidak selamanya mahasiswa akan bisa meraih apa yang diharapkan dengan mudah. Kemungkinan yang terjadi pada mahasiswa yang aktif berorganisasi, sementara disisi lain harus memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa terkait kepentingan akademik. Dua kepentingan itulah yang nantinya bisa saja menjadikan mahasiswa akan dihadapkan pada permasalahan waktu, dimana akan terjadi benturan kepentingan. Dalam kondisi seperti itu mahasiswa akan dihadapkan pilihan antara akademik atau organisasi. Inilah kemungkinan yang terjadi pada mahasiswa yang mengalami kejadian seperti itu. Yaitu, memilih kuliah atau organisasi.

Berikut tipe mahasiswa yang nantinya dihadapkan pada kejadian seperti di atas. Pertama, mahasiswa yang sukses akademis dan gagal dalam berorganisasi. Mahasiswa tipe ini biasanya mengalami kesulitan dalam memanajemen waktu antara kuliah dan organisasi. Mereka beranggapan dimana waktu untuk kuliah dalam kaitannya dengan tugas kuliah, banyak yang tersita karena kesibukan organisasi. Mahasiswa tipe ini biasanya dalam pengerjaan tugas kuliahnya sering dilakukan dalam keadaan kepepet atau satu hari sebelum batas pengumpulan tugas. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk fokus kuliah saja dan meninggalkan organisasi.

Kedua, mahasiswa sukses organisasi dan kuliah lulus tidak tepat waktu. Mahasiswa tipe ini juga mengalami kendala dalam manajemen waktu. Akan tetapi, mahasiswa yang satu ini biasanya terlebih dahulu menentukan komitmennya untuk organisasi. Mereka beranggapan tanggung jawab organisasi yang diembannya harus diselesaikan, sehingga mahasiswa yang termasuk dalam tipe ini tidak jarang merelakan waktu kuliahnya (bolos) demi organisasi.

Baca Juga :  Implementasi ASI (Agama, Seni, dan Ilmu) 2021

Ketiga, mahasiswa sukses organisasi dan lulus kuliah tepat waktu dengan nilai yang terbilang memuaskan. Mahasiswa tipe ini memiliki kelebihan dalam urusan memanajemen waktunya, pandai memanfaatkan kesempatan disela-sela waktu antara kuliah dan organisasi. Mampu menjalankan keduanya tanpa merasa terganggu pada organisasi atau kuliah. Mahasiswa tipe ini sering dijadikan panutan oleh mahasiswa lainya, baik itu teman organisasi maupun kuliah. Sebab kemampuannya yang terbilang istimewa.

Banyak orang dengan aktivitas segudang bisa sukses akademik maupun organisasi. Bukankah mereka juga manusia seperti kita. Jika mereka bisa mengapa kita tidak? Jika orang lain bisa saya harus bisa, jika orang lain tidak bisa saya harus mencoba untuk bisa.

Pesan dari penulis : “Setiap hari belajarlah sesuatu hal berharga. Belajar bisa dilakukan dimanapun baik itu di mata kuliah, di organisasi ataupun ditempat tongkrongan. Mahasiswa adalah seorang pembelajar!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *